Hari ini, tanggal 9 april 2015 saya cuti dari tempat kerja. Sebenarnya tidak ada halangan apa-apa sih, hanya saja istri di kampung melarang saya berangkat bekerja, sebab paman dari istri saya meninggal dunia tadi malam. Kebetulan, saya tinggal satu kota dengan almarhum oleh karena itulah saya harus pergi ke rumah duka dan ikut menguburkan jenazahnya.
Ada cerita menarik dibalik kematian paman istri saya tersebut. Ternyata, beliau meninggal bukan karena sakit. Beliau sempat memperbaiki handphone malam itu, kemudian menonton tv seperti biasanya. Tidak ada tanda-tanda akan kematiannya sebelumnya. Setelah menonton TV, mendadak jam 1 dini hari beliau meninggal dunia secara tiba-tiba.
Siapa pun tidak akan pernah menyangka jika beliau akan meninggal secepat itu. Apa lagi tidak terlihat bahwa beliau sedang menderita sakit atau hal lainnya yang menunjukkan bahwa kematian akan datang menjemputnya. Namun, di usia yang tergolong masih muda terpaksa beliau harus menerima takdir itu.
Sampai di sini, kita harus mengambil banyak pelajaran dari cerita nyata ini. Apa yang harus kita petik? Tentu, yang paling utama adalah bahwa kematian manusia itu bisa saja datang secara tiba-tiba. Kapan pun dan dimana pun, yang namanya maut bisa saja memaksa nyawa kita untuk berpisah dari jasad yang kita cintai.
Tidak ada satupun yang dapat menolak datangnya maut kecuali atas kehendak sang Maha Kuasa. Setinggi apapun jabatan kita, sebanyak apapun harta kita, dan sebanyak apapun amal kita, jika Tuhan telah berkehendak bahwa kita mati hari ini dan detik ini, hal itu pasti akan terjadi.
Yang menjadi masalah besar bagi kita adalah, sudah siapkah kita menyambut datangnya kematian tersebut? Sudah berapa banyak amalan kita untuk hijrah ke tempat hidup berikutnya? Sebab kehidupan yang kekal adalah di akhirat. Jadi ketika kita banyak melakukan kebaikan, kita akan bahagia hidup kekal di surga. Tapi sebaliknya ketika justru amalan buruk yang banyak kita perbuat, entah bagaimana nasib kita nanti. Di situ terkadang saya merasa sedih.
Sahabat, kebaikan sekecil apapun yang kita perbuat pasti ada balasannya kelak. Sebaliknya keburukan sekecil apapun itu, pasti akan ada juga balasannya kelak. Dan balasan tersebut akan diberikan secara sempurna kepada kita, tanpa melebihkan atau menguranginya.
Nikmat dan siksa adalah dua hal yang pasti akan kita peroleh atas apa yang kita lakukan selama hidup di dunia ini. Jika bukan mendapat nikmat, ya pasti mendapat siksa. Itu pasti akan terjadi. Dan celakanya ketika siksalah yang kita dapatkan, maka hanya menyesalinya saja yang bisa kita perbuat.
OLeh karena itu, selagi kita masih diberi kesempatan untuk berbuat baik, mari kita gunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Mari serius dari sekarang untuk berusaha menjadi lebih baik, agar diberikan tempat yang baik di sisinya kelak.
Jangan ulangi perbuatan jahat yang pernah kita lakukan lagi. Jika kita tidak bisa banyak berbuat baik, paling tidak janganlah berbuat jahat.
Salam..
Ada cerita menarik dibalik kematian paman istri saya tersebut. Ternyata, beliau meninggal bukan karena sakit. Beliau sempat memperbaiki handphone malam itu, kemudian menonton tv seperti biasanya. Tidak ada tanda-tanda akan kematiannya sebelumnya. Setelah menonton TV, mendadak jam 1 dini hari beliau meninggal dunia secara tiba-tiba.
Siapa pun tidak akan pernah menyangka jika beliau akan meninggal secepat itu. Apa lagi tidak terlihat bahwa beliau sedang menderita sakit atau hal lainnya yang menunjukkan bahwa kematian akan datang menjemputnya. Namun, di usia yang tergolong masih muda terpaksa beliau harus menerima takdir itu.
Sampai di sini, kita harus mengambil banyak pelajaran dari cerita nyata ini. Apa yang harus kita petik? Tentu, yang paling utama adalah bahwa kematian manusia itu bisa saja datang secara tiba-tiba. Kapan pun dan dimana pun, yang namanya maut bisa saja memaksa nyawa kita untuk berpisah dari jasad yang kita cintai.
Tidak ada satupun yang dapat menolak datangnya maut kecuali atas kehendak sang Maha Kuasa. Setinggi apapun jabatan kita, sebanyak apapun harta kita, dan sebanyak apapun amal kita, jika Tuhan telah berkehendak bahwa kita mati hari ini dan detik ini, hal itu pasti akan terjadi.
Yang menjadi masalah besar bagi kita adalah, sudah siapkah kita menyambut datangnya kematian tersebut? Sudah berapa banyak amalan kita untuk hijrah ke tempat hidup berikutnya? Sebab kehidupan yang kekal adalah di akhirat. Jadi ketika kita banyak melakukan kebaikan, kita akan bahagia hidup kekal di surga. Tapi sebaliknya ketika justru amalan buruk yang banyak kita perbuat, entah bagaimana nasib kita nanti. Di situ terkadang saya merasa sedih.
Sahabat, kebaikan sekecil apapun yang kita perbuat pasti ada balasannya kelak. Sebaliknya keburukan sekecil apapun itu, pasti akan ada juga balasannya kelak. Dan balasan tersebut akan diberikan secara sempurna kepada kita, tanpa melebihkan atau menguranginya.
Nikmat dan siksa adalah dua hal yang pasti akan kita peroleh atas apa yang kita lakukan selama hidup di dunia ini. Jika bukan mendapat nikmat, ya pasti mendapat siksa. Itu pasti akan terjadi. Dan celakanya ketika siksalah yang kita dapatkan, maka hanya menyesalinya saja yang bisa kita perbuat.
OLeh karena itu, selagi kita masih diberi kesempatan untuk berbuat baik, mari kita gunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Mari serius dari sekarang untuk berusaha menjadi lebih baik, agar diberikan tempat yang baik di sisinya kelak.
Jangan ulangi perbuatan jahat yang pernah kita lakukan lagi. Jika kita tidak bisa banyak berbuat baik, paling tidak janganlah berbuat jahat.
Salam..