Sakit sariawan tidak sembuh-sembuh. Itulah yang baru-baru saja menimpa istri saya. Awalnya sih hanya sariawan biasa. Tapi lama kelamaan malah jadi sariawan yang luar biasa sampai tenggorokannya sakit.
Jadi, awal ceritanya si istri mengeluh kurang enak badan. Kemudian saya ajak untuk periksa di puskesmas. Ee... ajakan saya ditolak. Malah dia minta obat pegel linu, karena kakinya juga merasa ngilu-ngilu semua katanya.
Saya tidak menuruti kemauan istri saya. Karena saya anggap penyakit itu lebih baik diperiksakan ke dokter ahlinya supaya ditau sakitnya apa, agar obat yang diberikan juga tepat.
Ilustrasi Gambar Sariawan |
Karena masih merasa panas dalam, akhirnya istri minta dibelikan adem sari chingku. Saya belikan dua bungkus, dan dia pun langsung meminumnya dua kali. Yah, ternyata belum ada perubahan sama sekali. Malah sariawannya tambah sakit.
Ya sudah, kemudian dia minta dibelikan albothyl. Itu lo sobat, obat sariawan yang ditetes atau digunakan untuk kumur-kumur. Obat ini saya akui memang ampuh. Namun, anehnya pas dipakai istri saya tidak ada reaksi yang baik.
Karena belum ada perubahan, saya bawa istri ke dokter umum yang menjadi dokter kami berdua di kartu JKN (BPJS). Kami pergi malam hari. Kan buka prakteknya di apotik malam hari. Nah, apesnya BPJS istri saya dikatakan tidak aktif. Ya Allah, ujian apa lagi ini. Mungkin masa peralihan dari akun BPJS pribadi ke perusahaan kali ya, itu pikir saya.
Setelah itu terpaksa saya bawa keliling ke 2 puskesmas terdekat. Berharap ada puskesmas yang buka, ternyata harapan saya malah sebaliknya. Semua puskesmas tutup. Ya jelas, ini sudah malam.
Akhirnya saya ajak istriku untuk kembali ke dokter tadi, dan saya akan membayar biaya pengobatan+obat yang diberikan dokter secara umum. Tapi istriku menolaknya. Entah apa yang ada di pikirannya. Mungkin masalah biaya lagi. Meskipun berkali-kali saya mengajaknya, dia tetap menolaknya dengan alasan "sudah tidak apa-apa".
Ya sudah, akhirnya kami pun kembali lagi ke kos. Setelah di kos, saya tahu istriku sedang menahan sakit. Tapi mau bagaimana lagi, malam semakin larut dan dia pun masih saja ngotot kalau dia tidak masalah.
Esok hari, hari minggu, 13 september 2015 sakit istriku sudah tidak bisa tertahan lagi. Saya langsung membujuknya ke rumah sakit Undata palu, dan dia pun mau menuruti ajakan saya. Kami langsung menuju ke UGD. Di sana iya akan dirawat inap setelah dokter memeriksanya. Namun, setelah dokter mengetahui kalau saya memiliki anak yang masih 11 bulan, akhirnya dokter pun mengatakan bahwa akan melakukan observasi atau apa istilahnya selama 6 jam. Kalau hasil itu bagus, ya istri saya boleh pulang.
Nampaknya, kurang dari 6 jam keadaan istri saya sudah membaik. Ngilu-ngilu di kakinya sudah sembuh, sakit di tenggorokannya sudah sembuh, dan dia pun sudah bisa menelan makanan dengan enak. Dan kurang dari 6 jam pula, dokter memperbolehkan kami untuk pulang.
Wah, siapa yang tidak senang mendengar berita baik itu. Kami pun pulang.
Di Rawat Lagi Di RS Berbeda, RS Anutapura
Tapi, malam harinya sakit istriku kambuh lagi. Esok harinya tanggal 14 september 2015, saya membawa istriku ke RS yang berbeda, yaitu RSUD Anutapura palu. Di sana, istriku diperiksa dan ternyata harus dirawat. Ya sudah, saya harus menuruti kata dokter. Saya minta izin ke kantor kalau saya harus merawat istri saya. Alhamdulillah diizinkan.
3 hari telah berlalu. Namun anehnya, sakit sariawan dan panas dalam istriku malah tambah parah. Kalau habis disuntik obat anti nyeri sih sakitnya hilang. Tapi tidak lama kambuh lagi. Bahkan, sariawan yang sebelumnya kecil malah jadi besar. Dan yang tadinya cuma satu dua, sekarang malah tambah banyak. yang besar dua, dan anak-anaknya banyak sekali.
Istriku sampai susah sekali mau makan. Jangankan bubur. Menelan ludah saja sakit sekali. Sering saya merasa kasihan pas melihat istriku menelan bubur sambil menangis. Ya Allah, apa yang menimpa istriku sangat berat saya rasakan.
Hari keempat atau kelima, saya mengeluh kepada dokter tentang keadaan istri saya yang justru semakin memburuk. Yang saya inginkan adalah pemberian obat yang bagus, yang lebih paten. Saya sih tidak masalah kalau saya harus membayar obat itu meski tanpa kartu BPJS segala. Dan benar.. Dokter memahami saya yang akhirnya memberi resep obat yang berbeda, yang berupa salep
Untuk salep saya harus membayar cash di apotik katanya. Ya sudah, resep saya bawa ke apotik untuk mengambil salepnya. Tapi, ternyata pihak apotik malah bilang ini gratis. Ya sudah, mungkin ini yang namanya rejeki.
Salep pun juga sudah dipakai terus. Tapi lagi-lagi belum ada perubahan. Malah sariawan yang kecil-kecil semakin besar saja. Akhirnya dokter membawa istri saya ke poliklinik THT yang kedua kalinya untuk diperiksa dokter spesialis. Di sana, sariawan istri saya diobati dengan cara dibakar pakai alat khusus dan diobati pakai albothyl khusus. Seperti biasa, setelah diobati seperti itu perasaan istri saya menjadi enak.
Namun, lagi-lagi tetap saja sariawan istri saya tidak ada perubahan.
Boleh Pulang Dan Dirawat Jalan
Hari selasa, 22 september 2015 dokter telah mengizinkan istri saya untuk pulang dan dirawat jalan saja. Dan obat pun sudah diganti dengan yang lebih bagus. Meskipun sariawan dan panas dalam istri saya belum sembuh, kami harus pulang. Alhamdulillah, obat yang baru itu (bukan salep) menunjukkan keampuhannya. Sariawan di sebelah kiri dan ujung kiri istri saya yang jumbo-jumbo akhirnya sembuh. Kecuali tinggal yang kecil-kecil dan yang di bibir.
Saya sudah senang meskipun belum sembuh total.
Kontrol Lagi Ke Poliklinik
Hari sabtu, tanggal 26 november 2015 kami kembali lagi ke poliklinik THT rumah sakit Anutapura untuk menjalani kontrol pertama. Di sana istri saya diperiksa lagi, diberi albotil dan dibakar (sariawannya) seperti pemeriksaan sebelumnya. Kemudian diberi obat lagi.
Di sini baru perubahannya sangat besar. Sariawan istri saya yang paling parah di sebelah kiri dan ujung lidah sudah sembuh, dan telah tertutup sempurna. Hanya saja, masalah belum selesai. Sakit masih dirasakan istri saya, karena sebelah kanan lidah tumbuh lagi sariawan dan mulai membesar. Sedangkan bekas sariawan induk yang di kiri dan ujung lidah tadi mulai melahirkan sariawan-sariawan kecil yang banyak. Yang jelas, bisa membuat siapa saja merinding saat melihatnya.
Berobat Ke Puskesmas Dan Sariawan Sembuh
Karena hampir putus asa, setelah banyak obat dikonsumsi, (obat kumur, tetes, salep, pil, kapsul dan obat daun-daun tradisional) tidak membuahkan hasil juga, akhirnya saya membujuk istri saya berobat ke puskesmas. Itu karena sakit sariawan dirasakan terus menerus oleh istri saya. Kebetulan, sebelumnya saya juga pernah mengajaknya ke sana. Karena bulan sebelumnya istri saya juga kena sariawan dan berobat di puskesmas cepat sembuh. Makanya saya berfikir siapa tahu obatnya manjur.
Di puskesmas, istri saya diperiksa. Setelah diperiksa dokter memberi resep obat untuk diambil di apotik puskesmas sekalian kami boleh pulang. Pas kami mengantri di apotik, tidak lama kemudian dokternya datang dan istri saya dipanggil lagi. Ternyata istri saya disuruh untuk cek darah. Mungkin dokternya kurang yakin terhadap penyakit istri saya kali ya. Alhamdulillah, darahnya bagus kata dokter. Tidak ada virus terdeteksi.
Dokter juga berpesan, kalau nanti obatnya sudah habis, istri saya disuruh untuk datang kembali sembari membawa bungkusan obat-obat yang diberikan di RS Anutapura sebelumnya.
Ya sudah, setelah itu kami pun pulang dengan membawa obat yang diberikan gratis dari puskesmas. Pas sampai di kos obat diminum. Istri saya bilang kalau rasanya obat yang di puskesmas ini lebih bagus dari yang di RSUD sebelumnya. Efeknya terasa.
Alhamdulillah, setelah dua hari minum, saya langsung kaget melihat perkembangan kesehatan istri saya yang membaik. Dia sudah bisa memasak, menyapu dan tentunya beraktifitas seperti biasa meskipun sebagian pekerjaan rumah masih saya kerjakan. Setelah saya periksa sariawannya, Alhamdulillah benar-benar sembuh tuntas.. Terima kasih ya Allah, ternyata dugaan saya benar. Ada perantara kesembuhan dariMu di puskesmas itu.
Karena sudah sembuh, ya berarti kami tidak perlu lagi datan ke puskesmas he he...
Mungkin hanya ini saja yang bisa saya tulis tentang sakit sariawan yang tidak sembuh-sembuh, semoga bisa diambil manfaatnya aamin.
Di Rawat Lagi Di RS Berbeda, RS Anutapura
Tapi, malam harinya sakit istriku kambuh lagi. Esok harinya tanggal 14 september 2015, saya membawa istriku ke RS yang berbeda, yaitu RSUD Anutapura palu. Di sana, istriku diperiksa dan ternyata harus dirawat. Ya sudah, saya harus menuruti kata dokter. Saya minta izin ke kantor kalau saya harus merawat istri saya. Alhamdulillah diizinkan.
3 hari telah berlalu. Namun anehnya, sakit sariawan dan panas dalam istriku malah tambah parah. Kalau habis disuntik obat anti nyeri sih sakitnya hilang. Tapi tidak lama kambuh lagi. Bahkan, sariawan yang sebelumnya kecil malah jadi besar. Dan yang tadinya cuma satu dua, sekarang malah tambah banyak. yang besar dua, dan anak-anaknya banyak sekali.
Istriku sampai susah sekali mau makan. Jangankan bubur. Menelan ludah saja sakit sekali. Sering saya merasa kasihan pas melihat istriku menelan bubur sambil menangis. Ya Allah, apa yang menimpa istriku sangat berat saya rasakan.
Hari keempat atau kelima, saya mengeluh kepada dokter tentang keadaan istri saya yang justru semakin memburuk. Yang saya inginkan adalah pemberian obat yang bagus, yang lebih paten. Saya sih tidak masalah kalau saya harus membayar obat itu meski tanpa kartu BPJS segala. Dan benar.. Dokter memahami saya yang akhirnya memberi resep obat yang berbeda, yang berupa salep
Untuk salep saya harus membayar cash di apotik katanya. Ya sudah, resep saya bawa ke apotik untuk mengambil salepnya. Tapi, ternyata pihak apotik malah bilang ini gratis. Ya sudah, mungkin ini yang namanya rejeki.
Salep pun juga sudah dipakai terus. Tapi lagi-lagi belum ada perubahan. Malah sariawan yang kecil-kecil semakin besar saja. Akhirnya dokter membawa istri saya ke poliklinik THT yang kedua kalinya untuk diperiksa dokter spesialis. Di sana, sariawan istri saya diobati dengan cara dibakar pakai alat khusus dan diobati pakai albothyl khusus. Seperti biasa, setelah diobati seperti itu perasaan istri saya menjadi enak.
Namun, lagi-lagi tetap saja sariawan istri saya tidak ada perubahan.
Boleh Pulang Dan Dirawat Jalan
Hari selasa, 22 september 2015 dokter telah mengizinkan istri saya untuk pulang dan dirawat jalan saja. Dan obat pun sudah diganti dengan yang lebih bagus. Meskipun sariawan dan panas dalam istri saya belum sembuh, kami harus pulang. Alhamdulillah, obat yang baru itu (bukan salep) menunjukkan keampuhannya. Sariawan di sebelah kiri dan ujung kiri istri saya yang jumbo-jumbo akhirnya sembuh. Kecuali tinggal yang kecil-kecil dan yang di bibir.
Saya sudah senang meskipun belum sembuh total.
Kontrol Lagi Ke Poliklinik
Hari sabtu, tanggal 26 november 2015 kami kembali lagi ke poliklinik THT rumah sakit Anutapura untuk menjalani kontrol pertama. Di sana istri saya diperiksa lagi, diberi albotil dan dibakar (sariawannya) seperti pemeriksaan sebelumnya. Kemudian diberi obat lagi.
Di sini baru perubahannya sangat besar. Sariawan istri saya yang paling parah di sebelah kiri dan ujung lidah sudah sembuh, dan telah tertutup sempurna. Hanya saja, masalah belum selesai. Sakit masih dirasakan istri saya, karena sebelah kanan lidah tumbuh lagi sariawan dan mulai membesar. Sedangkan bekas sariawan induk yang di kiri dan ujung lidah tadi mulai melahirkan sariawan-sariawan kecil yang banyak. Yang jelas, bisa membuat siapa saja merinding saat melihatnya.
Berobat Ke Puskesmas Dan Sariawan Sembuh
Karena hampir putus asa, setelah banyak obat dikonsumsi, (obat kumur, tetes, salep, pil, kapsul dan obat daun-daun tradisional) tidak membuahkan hasil juga, akhirnya saya membujuk istri saya berobat ke puskesmas. Itu karena sakit sariawan dirasakan terus menerus oleh istri saya. Kebetulan, sebelumnya saya juga pernah mengajaknya ke sana. Karena bulan sebelumnya istri saya juga kena sariawan dan berobat di puskesmas cepat sembuh. Makanya saya berfikir siapa tahu obatnya manjur.
Di puskesmas, istri saya diperiksa. Setelah diperiksa dokter memberi resep obat untuk diambil di apotik puskesmas sekalian kami boleh pulang. Pas kami mengantri di apotik, tidak lama kemudian dokternya datang dan istri saya dipanggil lagi. Ternyata istri saya disuruh untuk cek darah. Mungkin dokternya kurang yakin terhadap penyakit istri saya kali ya. Alhamdulillah, darahnya bagus kata dokter. Tidak ada virus terdeteksi.
Dokter juga berpesan, kalau nanti obatnya sudah habis, istri saya disuruh untuk datang kembali sembari membawa bungkusan obat-obat yang diberikan di RS Anutapura sebelumnya.
Ya sudah, setelah itu kami pun pulang dengan membawa obat yang diberikan gratis dari puskesmas. Pas sampai di kos obat diminum. Istri saya bilang kalau rasanya obat yang di puskesmas ini lebih bagus dari yang di RSUD sebelumnya. Efeknya terasa.
Alhamdulillah, setelah dua hari minum, saya langsung kaget melihat perkembangan kesehatan istri saya yang membaik. Dia sudah bisa memasak, menyapu dan tentunya beraktifitas seperti biasa meskipun sebagian pekerjaan rumah masih saya kerjakan. Setelah saya periksa sariawannya, Alhamdulillah benar-benar sembuh tuntas.. Terima kasih ya Allah, ternyata dugaan saya benar. Ada perantara kesembuhan dariMu di puskesmas itu.
Karena sudah sembuh, ya berarti kami tidak perlu lagi datan ke puskesmas he he...
Mungkin hanya ini saja yang bisa saya tulis tentang sakit sariawan yang tidak sembuh-sembuh, semoga bisa diambil manfaatnya aamin.