Kamu sekarang
sudah gede, sudah gagah, sudah kelihatan dewasa. Sekarang kamu sudah
bisa mencari uang untuk kebutuhanmu sendiri. Sekarang kamu sudah
terlihat mapan dan hidup enak. Sekarang kamu sudah bisa bebas memilih
tempat tinggalmu sendiri. Sekarang kamu bebas memilih calon pasanganmu
sendiri.
Bukan maksud hati mengingatkan tentang masa lalumu. Masalahnya adalah, kamu pasti tidak akan pernah ingat akan pengorbanan orang tuamu yang membuatmu seperti sekarang.
Kamu sekarang sudah tampak berbeda. Kalau dulu ibumu yang membersihkan kotoranmu waktu kecil, sekarang kamu sudah bisa membersihkan dirimu sendiri kalau kotor. Sekarang, bahkan apa pun bisa kamu lakukan. Mulai dari berjalan hingga berkata-kata semuanya kamu sudah bisa.
Ibu kamu pasti bangga dengan perkembanganmu. Tapi, ada satu hal yang sampai saat ini membuatnya sering berkeluh kesah dan bahkan meneteskan air mata. Yaitu kelakuanmu yang semakin maju untuk menyakitinya.
Kamu sekarang sudah semakin pandai membantah perintah ibumu. Kamu sekarang sudah semakin pandai berkata kasar kepada ibumu. Bahkan, gerakan tanganmu pernah ingin kamu tujukan tepat di muka ibumu.
Tidakkah kamu sadar bahwa berkata "ah" saja dilarang dalam agama? Kamu sekarang malah berkata kotor kepada ibu yang dulu pernah mengajarimu kata-kata yang baik.
Tidakkah kamu sadar bahwa bermuka masam saja kepada ibumu dilarang dalam agama? sekarang kamu malah memandang ibumu bagaikan anjing.
Kamu sering mengatakan ibumu cerewet. Kamu sering berkata ibumu pelit. Terakhir, kamu akan berkata bahwa kamu telah menyesal dilahirkan oleh ibumu itu.
Ketahuilah saudaraku, ibumu melahirkanmu dengan mempertaruhkan nyawanya. Ia tetap berjuang demi kehidupanmu. Ibumulah satu-satunya orang yang menangis sebelum dan setelah kelhiramu. Ibumulah yang menguatkan kamu dengan air susunya. Ibumulah yang mendiamkan kamu ketika kamu menangis siang malam. Lalu, siapa lagi yang bakal selalu terjaga di tengah malam kalau bukan ibumu lagi?
Masih kurang tentang jasa ibumu? Dulu, siapa yang mengajarimu berjalan, makan, berbicara, dan mengajarimu tentang adab-adab yang baik. Dulu, ketika kamu terkena musibah, coba ingat siapa yang menangisimu. Dulu, ketika kamu diejek orang lain dengan kata-kata yang buruk, siapa lagi yang bakal menghiburmu kalau bukan ibumu?
Sekarang apa balasanmu kepada ibumu? Uangkah? padahal sebanyak apa pun uang yang kamu berikan kepada ibumu, itu tidaklah cukup untuk membalas kebaikannya kepadamu.
Hanya ibumu yang sudi merawat, memberi makan dan menjagamu tanpa imbalan apapun. Hanya ibumulah yang tidak jijik merawatmu. Tapi, sekarang kamu bahkan ada yang menelantarkan ibumu hidup sendiri, atau bahkan membiarkannya hidup di pengasingan lanjut usia. Ibumu tidak pernah mengeluh ini itu ketika membesarkanmu sampai benar-benar jadi orang. Tapi, kamu malah menyiapkan seribu alasan untuk membuang jauh-jauh ibumu dari kehidupanmu.
Dengan berkata kasar, kamu telah membuhuh separuh jiwa dari ibumu. Dengan terus-terusan menyakitinya, kamu benar-benar berusaha untuk membunuh ibumu sendiri.
Ingat saudaraku, ibumu hanya ingin kamu menjadi orang yang baik, yang kemudian akan selalu mendo'akannya waktu beliau masih hidup ataupun sudah berpulang.
Ibumu hanya ingin kamu berbuat baik kepadanya, berkata sopan, dan tidak menyakiti hatinya. Hanya itulah yang Ia inginkan.
Jadi mulai kapan kamu akan berbuat baik kepada ibumu? Coba pandangilah kulit ibumu yang semakin keriput. Pandangilah rambutnya yang mulai memutih. Pandangilah gerakannya yang mulai melemah. Ketika ibumu sudah semakin tua, kemana lagi kalau bukan kembali kepada Tuhan.
Sekarang, kamu masih diberi kesempatan untuk berbuat baik kepada ibumu. Gunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya untuk berusaha membalas jasa baiknya kepadamu, meskipun kamu tidak akan pernah benar-benar bisa membalasnya dengan sempurna. Jangan tunggu penyesalan datang menghampirimu karena terlambat membahagiakan ibumu. Mulai hari ini, berjanjilah untuk menyayangi ibumu, dan tidak durhaka lagi kepadanya.
Kamu sekarang sudah tampak berbeda. Kalau dulu ibumu yang membersihkan kotoranmu waktu kecil, sekarang kamu sudah bisa membersihkan dirimu sendiri kalau kotor. Sekarang, bahkan apa pun bisa kamu lakukan. Mulai dari berjalan hingga berkata-kata semuanya kamu sudah bisa.
Ibu kamu pasti bangga dengan perkembanganmu. Tapi, ada satu hal yang sampai saat ini membuatnya sering berkeluh kesah dan bahkan meneteskan air mata. Yaitu kelakuanmu yang semakin maju untuk menyakitinya.
Kamu sekarang sudah semakin pandai membantah perintah ibumu. Kamu sekarang sudah semakin pandai berkata kasar kepada ibumu. Bahkan, gerakan tanganmu pernah ingin kamu tujukan tepat di muka ibumu.
Tidakkah kamu sadar bahwa berkata "ah" saja dilarang dalam agama? Kamu sekarang malah berkata kotor kepada ibu yang dulu pernah mengajarimu kata-kata yang baik.
Tidakkah kamu sadar bahwa bermuka masam saja kepada ibumu dilarang dalam agama? sekarang kamu malah memandang ibumu bagaikan anjing.
Kamu sering mengatakan ibumu cerewet. Kamu sering berkata ibumu pelit. Terakhir, kamu akan berkata bahwa kamu telah menyesal dilahirkan oleh ibumu itu.
Ketahuilah saudaraku, ibumu melahirkanmu dengan mempertaruhkan nyawanya. Ia tetap berjuang demi kehidupanmu. Ibumulah satu-satunya orang yang menangis sebelum dan setelah kelhiramu. Ibumulah yang menguatkan kamu dengan air susunya. Ibumulah yang mendiamkan kamu ketika kamu menangis siang malam. Lalu, siapa lagi yang bakal selalu terjaga di tengah malam kalau bukan ibumu lagi?
Masih kurang tentang jasa ibumu? Dulu, siapa yang mengajarimu berjalan, makan, berbicara, dan mengajarimu tentang adab-adab yang baik. Dulu, ketika kamu terkena musibah, coba ingat siapa yang menangisimu. Dulu, ketika kamu diejek orang lain dengan kata-kata yang buruk, siapa lagi yang bakal menghiburmu kalau bukan ibumu?
Sekarang apa balasanmu kepada ibumu? Uangkah? padahal sebanyak apa pun uang yang kamu berikan kepada ibumu, itu tidaklah cukup untuk membalas kebaikannya kepadamu.
Hanya ibumu yang sudi merawat, memberi makan dan menjagamu tanpa imbalan apapun. Hanya ibumulah yang tidak jijik merawatmu. Tapi, sekarang kamu bahkan ada yang menelantarkan ibumu hidup sendiri, atau bahkan membiarkannya hidup di pengasingan lanjut usia. Ibumu tidak pernah mengeluh ini itu ketika membesarkanmu sampai benar-benar jadi orang. Tapi, kamu malah menyiapkan seribu alasan untuk membuang jauh-jauh ibumu dari kehidupanmu.
Dengan berkata kasar, kamu telah membuhuh separuh jiwa dari ibumu. Dengan terus-terusan menyakitinya, kamu benar-benar berusaha untuk membunuh ibumu sendiri.
Ingat saudaraku, ibumu hanya ingin kamu menjadi orang yang baik, yang kemudian akan selalu mendo'akannya waktu beliau masih hidup ataupun sudah berpulang.
Ibumu hanya ingin kamu berbuat baik kepadanya, berkata sopan, dan tidak menyakiti hatinya. Hanya itulah yang Ia inginkan.
Jadi mulai kapan kamu akan berbuat baik kepada ibumu? Coba pandangilah kulit ibumu yang semakin keriput. Pandangilah rambutnya yang mulai memutih. Pandangilah gerakannya yang mulai melemah. Ketika ibumu sudah semakin tua, kemana lagi kalau bukan kembali kepada Tuhan.
Sekarang, kamu masih diberi kesempatan untuk berbuat baik kepada ibumu. Gunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya untuk berusaha membalas jasa baiknya kepadamu, meskipun kamu tidak akan pernah benar-benar bisa membalasnya dengan sempurna. Jangan tunggu penyesalan datang menghampirimu karena terlambat membahagiakan ibumu. Mulai hari ini, berjanjilah untuk menyayangi ibumu, dan tidak durhaka lagi kepadanya.
Tolong sebarkan...