Karena ini sudah malam, saya ingin bercerita horor sedikit tentang kisah nyata bertemu pocong. Bagi siapa saja yang sudah pegang dada, silahkan minggir. Karena saya tidak mau ada korban setelah membaca artikel ini.
mas, mbak, buk, tante, ini adalah pengalaman masa lalu saya. Jadi tidak ada rekayasa sedikitpun di artikel ini untuk menambah-nambahi supaya terlihat seram. Tidak, saya hanya akan ceritakan apa yang saya ingat waktu melihat penampakan pocong itu.
Waktu itu saya masih duduk di bangku MTS, atau setara SMP. Saya masih kelas 2 kalau tidak salah. Umur pun sekitar 14-an. Nah, bisa dibilang sebenarnya anak kelas 2 SMP kan sudah cukup besar ya. Masak sih masih jadi anak penakut. Wong sudah disunat lagi.
Tapi kenyataannya seperti itu. Saya adalah anak yang sangat penakut. Keluar malam dikit gemetaran, karena terbayang-bayang hal-hal mistis. Apa lagi habis nonton film mak lampir dan susana. Walah, jangankan keluar rumah. Keluar selimut pun rasanya seperti bangun di kuburan.
Malam itu, malam rabu. Entah mengapa, sebelum tidur saya gelisah sekali. Saya sempat menyebut-nyebut kata "ki lupit" secara berulang-ulang. Belum pernah saya seperti itu di malam-malam sebelumnya. Apalagi sampai menyebut-nyebut "ki lupit". Saya sendiri tidak tau ki lupit itu apa. Jadi ceritanya asal nyebut saja.
Nah, setelah itu, saya pun bisa tidur. Dan seperti biasa, saya selalu terbangun di tengah malam untuk pipis. Karena saya takut pipis di kamar mandi yang terpisah dari dapur, saya pun terpaksa pipis di saluaran pembuangan air kakao (buah coklat) yang ada di dapur. Setiap malam seperti itu.
Malam itu kebetulan mati lampu!!!
Entah mengapa, pas keluar dari pintu kamar (mau pipis), rasanya langsung merinding. Benar, tidak pernah saya semerinding itu. Apa lagi ini baru keluar dari kamar. Ya ampun, pertanda apa ini? Semoga tidak terjadi apa-apa. Tapi mau apa lagi, perutku sudah sakit menahan kencing. Akhirnya, saya pun membaca Bismillah dari depan pintu kamar dan memberanikan diri melangkah ke dapur.
Setelah masuk ke area dapur yang remang-remang pakai lampu pelita itu, saya tidak berani menengok kekiri, ke kanan atau ke depan. Ya Ampun, biasanya kalau saya takut justru saya beranikan diri melihat area sekeliling supaya kalau ada apa-apa cepat kabur. Tapi ini, entahlah apa yang akan terjadi.
Saya pun kencing berdiri dengan memandang ke arah bawah. Merinding, sekali lagi merinding.. Apa lagi gelapnya malam itu sangat-sangat gelap, ditambah mati lampu, ditambah sinar lampu pelita yang berombak-bombak. Ya Allah, susah dibayangkan.
Saking takutnya, saking merindingnya, saya tidak berani mengangkat kepala ke arah depan untuk memastikan ada apa di depan sana..
Tapi karena perasaan ini tidak puas, akhirnya saya pun memberanikan diri menengok kedepan.
Hah? Mata ini tiba-tiba terpaku pada sosok yang yang berdiri di atas ranjang tua di depan sana. Ya Allah, beberapa detik memperhatikan, saya langsung teriak-teriak bagai orang kesurupan.
Hanti Pocong ilustrasi |
Saya langsung lari ke arah kamar orang tua saya. Pintu kamar yang terkunci jadi jebol karena tabrakan saya.
Masya Allah, saya langsung terisak takut saat melihat sosok tinggi yang dibalut dengan kain putih itu. Semua orang di dalam rumah langsung terbangun, dan langsung mencari mahluk yang saya ceritakan di dapur itu.
Semua hampir tidak percaya atas apa yang saya lihat. Ada yang bilang ini lah, itu lah, ada yang bilang karung putih lah, dan macam-macam.
Tapi saya ingat betul, mahluk putih itu adalah penampakan pocong. Memang, wajahnya tidak jelas. Tapi kain putih dari pocong tersebut terlihat seperti bercak-bercak tanah. Dan satu hal yang membuat saya yakin, pocong tersebut terlihat bayangannya.
Setelah kejadian itu, saya tidak berani tidur di kamar dengan kakak saya. Saya lebih memilih tidur di kamar orang tua saya meskipun sempit. Setidaknya, untuk malam itu saya harus ditemani orang tua saya.
Ya Allah, namun setelah itu saya tidak bisa tidur. Saat semua orang di rumah sudah tidur, saya masih membayangkan apa yang barusan terjadi. Nah, saat keadaan sudah senyap, saya mendengar ada lompatan tiga kali di teras rumah sebelah kiri, dan langsung terdengar lagi tiga kali di teras rumah sebelah kanan yang jaraknya cukup jauh. Itu semakin menguatkan bahwa itu adalah hantu pocong yang saya lihat tadi.
Gara-gara peristiwa malam itu, saya mengalami trauma yang amat sangat parah. Paginya, saya jadi takut sendiri melihat adik pertama saya. Seolah-olah dia menyeramkan, dan seolah matanya jadi hitam. Saya sampai marahi dia supaya jangan menatap saya lagi.
Pernah juga pas naik sepeda pagi-pagi ke sebuah tempa kemudian pas ada orang keluar dari bawah jembatan, saya langsung kaget setengah mati dan saya mengira itu adalah hantu..
Trauma ini sangat lama disembuhkan. Dalam waktu satu tahunpun traumanya masih ada. Namun dengan berjalannya waktu, saya pun menjadi lebih berani lagi. Paling tidak, pipis sudah berani di kamar mandi..
Mungkin hanya sampai di sini saja artikel saya tentang pengalaman bertemu pocong, mohon maaf kalau kiranya kurang seram atau kurang berkenan di hati agan-agan.. :)