>

Takdir Istri Itu Untuk Dibantu, Bukan Jadi Pembantu

Istri, adalah mahluk yang harusnya dicintai, disanjung, dan dimengerti oleh para suami.
Bahkan kalau kita kilas balik pada saat sebelum menikah, bahkan janji-janji manis sang calon suami pun bisa lebih indah..
suami membantu istri

Itu hanya sedikit intermezo..

Meskipun saya sendiri tidak tau apa itu intermezo hehe..

Bicara tentang istri, tentu saja semua lelaki harus sadar bahwa istri itu adalah kaum hawa, yang identik dengan lemah lembut.

Kalau dihilangkan lembutnya, maka istri itu adalah mahluk yang lemah.

Nah, oleh karena itulah saya punya prinsip bahwa istri itu tidak seharusnya mengerjakan tugas-tugasnya sendirian. Kenapa? Karena istri lemah. Kita sebagai suami, sudah seharusnya menjadi orang nomor satu yang membantu pekerjaan istri.

Perkerjaan istri di rumah itu tidak mudah lo...

Coba pikirkan. Waktunya dari bangun tidur sampai tidur kembali. Bahkan ketika suami sudah tidur pun istri masih harus bekerja. Mimikin bayi lah, bikinin susulah, diamin anak rewellah, nganterin pipislah, dan lain-lain.

Cuma sayang,, banyak suami yang tidak tau hal ini, dan malah bersikap acuh..

Bukan cuma soal waktu, istri harus mengerjakan amanat yang sangat berat. Mereka harus mengerjakan sesuatu yang sangat rumit yang dapat menguras tenaga dan pikiran.

Mengurus anak-anak di rumah yang berbeda-beda karakter contohnya. Tentu saja bunkanlah hal mudah.

Misalnya soal menyiapkan menu makan saja. Seorang istri harus berfikir keras apa yang mau disuguhkan hari ini.

Mau bikin sayur ini, anak si A gak suka. Mau bikin lauk itu, anak si B pasti monyong. Giliran bikin orak-arik telur, ee si C alergi. Itu baru A,B dan C. Bagaimana kalau sampai G?

Belum tuntutan dari suami sontoloyo yang taunya cuma nuntut harus siapkan masakan enak, tanpa peduli susahnya masak.

Kalau makanannya enak diam saja, tapi giliran salah kasih garam dikit aja, komplainnya ngalahin pelanggan PLN yang kena giliran pemadaman.

Eealah, asli sontoloyo..

Itu baru soal makanan ya sobat, belum soal bersih-bersih, beres-beres, dan mengurusi hal-hal di rumah lainnya yang juga tak kalah beratnya.

Saya sebagai suami pun pernah mencoba untuk mengerjakan apa yang dikerjakan istri saya semuanya.

Bangun tidur beresin selimut, gulung kelambu, cuci piring,  masak, ngurus anak (mandiin, gantiin baju, nyuapin,) cuci baju, gantian pijitin istri, belanja, dll. Nyatanya saya gak kuat sampai hampir nangis rasanya.

Itu kenapa?

Karena beban istri lebih berat dan lebih banyak dari pada suami. Selain itu karena suami itu  kebiasaan manja tau. Mau cuci piring ee takut tangannya kusut. Mau cuci baju malu ama tetangga. Mau masak, aduh.. takut kepedisan bawang..

Ya Robbi.. saya baru sadar, suami memang lebih manja dari istri.

Loh, inikan terbalik. Katanya wanita identik dengan kelembutan. Tapi kok justru fisiknya dipakai untuk mengerjakan sesuaatu yang kotor-kotor, ngepel, nyapu, bersihkan WC, penggal-penggal daging, dll.

Gak habis pikir kan?

Ayolah sobatku, sebagai lelaki yang baik sudah seharusnya kita membantu istri kita di rumah.

Nabi Muhammad saja sang rosul, presiden pada waktu itu, orang nomor satu di kalangan muslimin, sejarahnya jahit-jahit baju sendiri. Masak kita yang bukan siapa-siapa gengsi bantuin istri?
Jangan dengarkan orang-orang yang bilang "sudah takdir seorang istri, kerja di dapur, di sumur dan di kasur"
Jangan juga dengarkan orang-orang yang mengatakan suami yang mencuci, belanja, nyapu,  dan membantu istri itu takut sama istri.
Jutru ketika kita melakukan itu semua, kita akan menjadi suami yang mulia, yang mengankat derajat wanita, yang benar-benar menjadi lelaki hebat dan kuat, tidak sebatas klaim saja.

Salahkah kita membantu istri karena sayang??

Saya saja yang fisiknya kecil  setiap hari bantuin istri, apa lagi sobat yang kuat.

Karena bagi saya, takdir seorang istri adalah untuk dibantu, bukan jadi pembantuKalau istri yang cuma dirumah saja wajib dibantu, apa lagi yang ikut cari nafkah..

Yuk bantu share supaya banyak suami-suami yang mengerti.. Wassalam.. :)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Takdir Istri Itu Untuk Dibantu, Bukan Jadi Pembantu"

Post a Comment